|
kemah mts |
jangan mewarisi abu sumpah pemuda, tapi wairisilah api sumpah pemuda, kalau sekedar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air, tai ini bukan tujuan akhir,
"Bung Karno"
28 oktober 1928,
ternyata!!!...
Sudah delapan puluh sembilan tahun yang lalu, ada apa dengan tahun itu, seakan-akan hidup tak bernafas jika diri ini lupa yang namanya Se-jarah, Sebanyak 71 Pemuda dari berbagai daerah mengikrarkan diri diJakarta sebagai satu nusa, satu bangsa dan satu Bahasa yaitu Indonesia, Ikrar yang akan melahirkan sebuah akar kemerdekaan, sehingga lahirlah proklamis kemerdekaan Republik Indonesia,
Sebuah sejarah mencatat, berbagai pemuda yang berasal dari pelosok negeri berkumpul, dari pulau garam kita bisa temukan Katjasungkana, dari pulau Manise yaitu seorang pemuda bernama Johannes leimena, Mewakili organisasi pemuda jong ambon, dari belahan barat indonesia, terdapat nama Mohammad Yamin seorang pemuda kelahiran Sawah Lnto sumatera barat yang mewakili organisasi pemuda Sumatera,
Bagaimana bisa kita bayangkan, seorang yang berdarah madura bisa bertemu dengan pemuda maluku, dia tidak hanya bertemu, tapi mereka juga berdiskusi, bertukar pikiran, sehingga sepakat mengikat diri dalam komitmen ke-Indonesiaan,
padahal kedudukan dari pemuda-pemuda tersebut berjarak beribu-ribu kilometer, sulit tuk duduk manis diatas kapal terbang, kapal daratlah alat penghubung diantaranya, surat kotak pos menjadi angin baginya, dan harus menunggu berhari-hari hingga berbulan-bulan tuk sampai ditempat tujuan,
perbedaan agama tak menjadi penghalang baginya, Mohammad Yamin beragma Islam, Johannes leimena beragama Protestan berbahasa Ambon. begitupun dengan 71 peserta kongres, mereka memiliki latar belakang agama, suku, bahasa, dan adat yang berbeda, namun, sejarah berbicara bahwa batasan-batasan tersebut tidak menjadi penghalang baginya, untuk bersatu demi cita-cita besar indonesia,
kata syukur yang haruskita junjung tingga terhadap pemuda indonesia yang telah melahirkan sumpah pemuda, jangan sampai kita menjadi pendusta, seharusnya kita patut bangga dan bercermin akan semangat mereka, bandingkan dengan era sekarang, hari ini, saran trasportasi ada dimana-mana, dalam jangka Lima menitpun bisa dihadapan kita, untuk menginjakkan kaki ke Surabaya-Jakarta, waktu bisa kita hitung dengan jari kita, mau berkomunikasi tidak usah menunggu datangnya Sepedah orange berjalan, cukup dengan menggunakan alat komunikasi lima menit sudah didean layar kaca Hf,
Zaman mulai kabur, seharusnya dengan segala hal yang kita miliki saat ini menjadi sebuah keberkahan dan kemudahan bagi kita tuk mendekatkan diri dan menyatu dengan annas, bukan malah menebar kebencian, menjadi provokotor, mudah sekali menjustice seseorang, seolah olah dirikita diisahkan oleh tembok raksasa RRC, dipisahkan antar benua Eropa dan Asia, seharusnya dengan kemudahan ini kita bisa saling menyambung lidah, bersilaturrahim dan berinteraksi,
Mari bersama-sama meraketkan diri, bercermin akan kemanfaatan hidup, menyatukan persepsi, mari menjadi pelopor dan menegakkan diri dibarisan terdepan untuk melawan segala bentuk upaya yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, perangi ego perbedaan keagamaan, kesukuan, bahasa, budaya, stop segala bentuk perdebatan, mari melangkah bersama menuju indonesia emas dan cita-cita bangsa " kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia,
Gumpalan daun sirih pidato Gubernur Jatim ( Mak de karwo Coblos brengose,, hhhe ) , semoga tak terlupakan dan tidak hanya ku kenang, tak selamanya air itu keruh, di suatu titik akan adanya jamaah air kejernihan diatas kehidupan abadi, penggalan, kiasan, ringkasan, kesimpulan, sekapur sirih, colekan, candaan, dll. pidato beliau ada dalam tulisan ini, perbandingan 9, 12. dan tak menjadi tulisan yang 12,12. karena ini tulisan saya bukan pidato beliau, fikiran dan tangan saya digerakkan oleh pidato beliau,
Oleh : M.Wafak Al-Musman